Jangan terlalu ambil serius artikel ini, karena bukan ilmu pasti alias persepsi penulis semata.

Psikonyologi adalah istilah yang saya buat sendiri, dan belum dipatenkan. Psikonyologi adalah ilmu yang memahami tentang situasi tubuh terhadap kekonyolan seseorang, sehingga berdampak pada sekitar. Istilah psikonyologi ini sendiri terpikiran secara mendadak karena melihat anak saya yang kelakuannya terkadang konyol, tapi bikin saya makin sayang. Tapi, yang saya bahas kali ini bukan tentang anak saya, tapi dampak dari psikonyologi sendiri terhadap diri, lingkungan, bangsa, negara, dan agama. Hmm…, udah kedengeran keren belom?

Kepribadian aka personality seringkali dikait-kaitkan dengan psikologi. Jujur, saya sendiri pecinta psikologi, karena ada kata ologi-nya dibelakang. Sesuatu yang berakhiran ologi seringkali berususan dengan logic. Meskipun dari sumber yang tidak jelas maksud dari pernyataan itu, saya pribadi intinya suka dengan psikologi. Keterbatasan uang untuk kuliah psikologi membuat saya tidak bisa kuliah psikologi, dan bencinya saya untuk ketemu dokter, membuat saya males berhubungan dengan hal-hal yang berbau kedokteran. Why mengapa, because karena dokter itu berhubungan dengan orang yang sakit. Dan coba tebak, siapa yang pengen sakit? Apalagi sakit gigi. Sehingga sangat benar adanya jika psikologi orang yang sakit gigi memiliki sensifitas sendiri, karena berefek senggol bacok!

Psikonyologi Zaman Now!

Istilah ini menjadi trend pada akhir tahun 2017. Dari mulai kids zaman now, orang tua zaman now, sekolah zaman now, hingga syariat zaman now! yang jelas istilah Zaman Now yang saya sendiri tidak tahu siapa pencetusnya begitu membuat sama, bashar, dan fuad yang Allah telah anugerahkan kepada saya menjadi tergerak. Karena istilah ini begitu memiliki arti yang mendalam, dan sulit untuk diungkapkan. Sangkin sulitnya untuk diungkapkan, saya jadi malas nulisnya. Hm…

Berdasarkan analisa saya, istilah zaman now ini terdiri dari huruf Z, dan diakhiri dengan huruf W. Z itu simbol tidur, dan W itu inisial nama saya. Sehingga cukuplah bagi saya untuk tidur dan fokus pada diri saya daripada mendalami hal tersebut, karena buang-buang waktu. Trending hal itu begitu tidak penting, sehingga tak berdampak apa-apa untuk hidup saya. Jadi lebih baik kita next saja.

Psikonyologi Adu Goat

Biar kedengeran sok english, jadi adu goat lebih baik daripada adu domba. Zaman now aja boleh, kenapa adu goat, tidak boleh? Yang jelas, tidak merugikan siapapun, menurut saya.

Jadi, inti dari psikonyologi adu goat ini marak terjadi di banyak sekali media berdasarkan asas nyablaknya mulut saya. Entahlah, akhir-akhir ini saya cukup dipusingkan dengan banyaknya artikel-artikel yang terkesan menyudutkan satu pihak atau golongan, dan mengangkat pihak lain. Disisi lain, si pihak lain ini terkadang juga menyudutkan si pihak lain. Tidak ada yang menang. Yang menang adalah yang tidak berpihak, karena mereka jadi bisa ambil kesempatan dalam dana umum! Ya!

Dana umum!

Siapa lagi yang diuntungkan selain orang-orang yang punya kepentingan dalam urusan duit. Duit sudah menjadi Tuhan sejak zaman purba direkayasa. Sejak zaman firaun main kelereng, duit memang begitulah adanya. Duit sudah membuat orang-orang jadi goat yang tersesat. Goat yang handal dalam menganiaya sejenis, bahkan mengobok-obok jiwa kita hingga bernafsu tinggi terhadap duniawi. Terkesan aneh memang, tapi itulah kekonyolan yang terjadi saat ini. Psikonyologi adu goat ini berdampak pada sulitnya negara ini berkembang karena terlalu banyak hoax yang dihembuskan hanya karena si pembuat hoax butuh duit atau butuh gengsi. Goat sejak dulu menjadi hewan yang dikambing black kan oleh saingannya yaitu si goat sendiri. Hmm… hebat ya si goat ini.

Psikonyologi Haters

Siapa yang engga tahu istilah ini? Sungguh terlalu jika anda tidak tahu istilah yang satu ini. Sejak Iblis ogah sujud pada Nabi Adam, makhluk pertama yang mendapatkan gelar haters adalah iblis. Sehingga, mohon maaf nih kaka jika anda merasa haters, mohon jangan tersungging. Menurut pandangan psikonyologi saya, haters itu adalah pengikut iblis. Bahkan hebatnya haters, dia tidak akan pernah mengakui dirinya salah, dan akan mencari pembenaran hingga membongkar aib seseorang sampai ke akar-akarnya. Trust me! Its works! kalo kata iklan. Yang penting puas, dan mampus orang yang dihaters-innya. Dan itu adalah seburuk-buruknya haters yang saya kenali. Sementara haters yang sebaik-baik haters adalah, yang menggunakan teknik diam-diam menghanyutkan. Kenapa saya katakan baik, karena haters itu engga kelihatan. Kalau kelihatan, dia pasti didatangi terus dimarahin percis kasus om dedi corbuzier. Kalau sampai ketahuan, judulnya berubah menjadi haters makan tuan. Dan akhirnya dia minta maaf.

Oya saya hampir lupa. Psikonyologi haters ini berdampak pada stress bagi si penerima haters. Karena seperti yang saya sudah sebutkan di atas, haters itu sejatinya engga akan pernah merasa salah, dan akan mencari kesalahan anda sampai benar-benar bertekuk lutut dan sujud mengakui kesalahan dan kekurangan anda. Mereka adalah sosok ketidaksempurnaan dirinya yang tidak kesampean untuk dipuja, bahkan diam-diam menginginkan kekuasaan kecil hingga besar. Jika ditanya, mereka tidak akan mengakui ini sampai mampus. Bertahan dengan ego, dan kokoh bagaikan karang dengan keegoannya.

Psikonyologi Sukses

Sukses adalah kata sakral bagi banyak orang, menurut saya. Setiap orang punya takaran terhadap apa itu makna sukses. Dari yang berhasil nembak cewe, kerja di kantor keren, punya gaji UMR, jadi manager, punya uang banyak, jadi motivator, bangga menjadi pelakor, berhasil masuk geng motor terkenal, ngebacok orang, maling engga ketauan, hingga berhasil khatam Qur’an bisa jadi orientasi dari kata ‘sukses’ itu sendiri (bergantung pada siapa mereka). Sukses berdasarkan kamus besar bahasa mas workha adalah, titik akhir yang menyebabkan kesenangan bagi individu ataupun kelompok.

Psikonyologi sukses terhadap kesehatan berdampak pada cape pikiran, tenaga, dan waktu. Padahal yang pengen sukses kan kalian-kalian juga. Jadi resiko itu bagi para pecinta sukses, termasuk diri saya pribadi, sudah diketahui dan mereka sadar akan reward and punishmentnya. Sukses bagi saya adalah ketika saya mati, lalu masuk surga. Ketemu bidadari, dan orang-orang yang dicintai bersama. Menikmati hasil lulus ujian dariNya, dan memasang label ‘thug life’ tanpa harus posting video di youtube.

Related Post

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Allright Reserved © 2011 Designed By BDCREATIVESTUDIO